, Wahyu's Blog: HUBUNGAN KOMUNIKASI DENGAN KEHUMASAN

Pages

Kamis, 22 November 2012

HUBUNGAN KOMUNIKASI DENGAN KEHUMASAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Manusia hanya dapat hidup, berkembang, dan memenuhi kebutuhannya dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain.
Satu-satunya sarana untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lainnya adalah komunikasi, baik secara verbal maupun non vebal. Dengan berkomunikasi, maka akan terjadi hubungan sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehumasan dan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kehumasan (humas) bertujuan untuk menciptakan komunikasi dua arah atau timbal-balik, memecahkan konflik kepentingan, dan menciptakan pengertian berdasarkan kebenaran, pengetahuan, dan informasi yang lengkap.[1] Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa humas merupakan suatu proses komunikasi, namun tidak semua proses komunikasi adalah humas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.     Apa pengertian Komunikasi?
2.     Apa pengertian Kehumasan?
3.     Bagaimana hubungan Komunikasi dan Kehumasan?

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communicatio, atau bahasa Inggris communication dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi.[2]
Berdasarkan beberapa arti kata communicare yang menjadi asal kata komunikasi, maka secara etiomologi komunikasi berarti pertukaran pikiran, pembicaraan, atau hubungan.
Komunikasi diawali dengan adanya pesan dari seseorang (pengirim). Pesan itu dikirimkan melalui media tertentu kepada orang lain (penerima). Setelah pesan diterima dan dipahami oleh penerima, maka penerima dapat memberikan tanggapan (umpan balik) kepada pengirim. Dengan tanggapan  penerima pesan tersebut, pengirim dapat mengetahui efektifitas pesan yang dikirimnya.
Dari proses komunikasi tersebut, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengiriman pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) melalui media tertentu dengan mengharapkan umpan balik untuk menghasilkan efek.
Adapun beberapa definisi komunikasi dari beberapa pakar, sebagai berikut:
1.       Laswell, menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.
2.       Carl L. Hovland, menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain.
3.       Theodorson dan Thedorson, menyatakan bahwa komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
4.       Edwin Emery, menyatakan bahwa komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide-ide dan sikap seseorang kepada orang lain.
5.       Deltont E, Mc Farland, menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia. [3]
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena memang pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial, antara yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi yang timbal balik.[4]
Secara umum komunikasi dapat digambarkan bahwa: dalam kehidupan sosial, proses komunikasi tidak pernah berhenti sejak dari bangun tidur sampai tidur kembali.[5] Komunikasi senantiasa hadir dalam setiap sendi kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap hari manusia mengadakan komunikasi, dengan ibu, bapak, saudara, dengan kawan atau dengan siapa saja, bahkan dengan diri sendiri (komunikasi intra personal). Komunikasi yang dilakukan oleh manusia bisa secara sadar maupun tidak sadar di manapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun.
Pengertian Kehumasan
Kata kehumasan berasal dari akar kata humas yang merupakan singkatan dari hubungan masyarakat. Hubungan masyarakat (humas) merupakan terjemahan dari istilah public relations.
Menurut para pakar, hingga kini belum terdapat konsensus mutlak tentang definisi humas (public relations). Hal ini disebabkan oleh: pertama, beragamnya definisi public relations yang telah dirumuskan baik oleh para pakar maupun profesional humas yang didasari perbedaan sudut pandang mereka terhadap pengertian humas. Kedua, perbedaan latar belakang, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi perguruan tinggi akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi (public relations practitioner). Dan ketiga, adanya indikasi baik teoritis maupun praktis bahwa kegiatan kehumasan bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman.[6]
Sam Black dan Melvin L. Sharpe menyatakan, kesulitan yang dialami profesi humas untuk merumuskan definisi yang dapat diterima oleh semua praktisi, disebabkan karena demikian kompleks dan beragamnya unsur profesi humas. Profesi ini terdiri atas banyak unsur keahlian khusus. Keahlian ini meliputi keahlian profesional, dari yang harus dimiliki oleh para pemula dan tingkat menengah di bidang humas dan penerbitan sampai tingkat konsultasi manajemen.[7]
Menurut Oemi Atiyah, humas adalah sebuah unit yang mempunyai tugas untuk membangun kerja sama, saling pengertian, saling menghargai dengan komunikasi dua arah. Humas merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan mengelola hubungan saling menguntungkan antar organisasi dan masyarakat. Keberhasilan ini bergantung pada fungsinya.[8]
Adapun definisi humas menurut para pakar, antara lain sebagai berikut:
1.      J.C. Sendel, menyatakan bahwa humas adalah proses kontinu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para langganannya, pegawai dan publik umumnya, ke dalam dengan mengadakan analisis dan perbaikan-perbaikan diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.
2.      W. Emerson Reck, menyatakan bahwa humas adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka. Pelaksanaan kebijaksanaan pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.
3.       Horward Bonham, menyatakan  bahwa humas adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu badan.[9]
Dari beberapa definisi yang dikemukakan sebelumnya, maka secara singkatnya humas dapat diartikan sebagai suatu kontak atau hubungan yang diadakan oleh suatu organisasi atau perusahaan dengan publik, baik publik internal maupun eksternal.
Hubungan Komunikasi dengan Kehumasan
Pada dasarnya, berbicara masalah hubungan komunikasi dengan kehumasan, sama halnya ketika berbicara masalah hubungan komunikasi dengan dakwah. Menurut Arifuddin Tike, dakwah merupakan suatu proses komunikasi, namun tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.[10] Demikian pula dengan kehumasan (humas). Humas merupakan suatu proses komunikasi, namun belum tentu proses komunikasi merupakan suatu proses kehumasan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab pendahuluan, bahwa tujuan penyelenggaraan hubungan masyarakat (humas) di antaranya adalah menciptakan komunikasi dua arah dan membentuk pengertian berdasarkan kebenaran, pengetahuan, dan informasi yang lengkap. Maka kegiatan kehumasan pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi, namun berbeda dengan kegiatan komunikasi lainnya. Kegiatan komunikasi dalam kehumasan mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut:
1.        Komunikasi dalam kegiatan humas berlangsung dua arah (timbal-balik).
2.        Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasif, dan pengkajian pendapat umum.
3.       Tujuan yang hendak dicapai adalah tujaun perusahaan/ organisasi tempat humas berada;
4.       Sasaran yang dituju adalah khalayak internal dan khalayak eksternal;
5.       Efek yang diharapkan  adalah terbiananya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan khalayak. [11]
Kehumasan senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu  dampak, yakni berupa perubahan yang positif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kunci sukses humas adalah melalui komunikasi. Artinya, keberhasilan humas untuk mencapai tujuannya bergantung kepada sejauh mana humas itu dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakatnya, baik khalayak internal maupun eksternal.
Misi yang diemban oleh humas yakni memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijaksanaan, kegiatan dan tindakan organisasi/ perusahaan. Pelayanan informasi tersebut hanya dapat dilaksanakan melalui komunikasi.
Publik humas dalam suatu organisasi/ perusahaan yang terdiri atas publik internal dan eksternal,  mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu,  seorang humas profesional harus mempunyai keahlian komunikasi dalam menghadapi publik yang berbeda. Misalnya, organisasi “A” (organisasi kemahasiswaan, katakanlah Badan Eksekutif Mahasiswa) mempunyai publik internal (dalam hal ini anggota organisasi) dan eksternal yang berbeda dengan organisasi “B” (organisasi olahraga, katakanlah Persatuan Sepak Bola Makassar). Karakteristik, termasuk tingkat dan latar belakang pendidikan,  sosial, dan budaya publik internal organisasi “A” berbeda dengan organisasi “B”. Begitu pula dengan publik eksternal, katakanlah media. Organisasi “A” mempunyai hubungan dengan media yang berbeda dengan organisasi “B”. Kalaupun medianya sama, maka redaksi yang dituju berbeda. Bisa jadi, organisasi “A” menghubungi redaksi Kampus pada suatu media surat kabar, sementara organisasi “B” (pada media yang sama) menghubungi redaksi Olahraga.
Melalui komunikasi pula, humas dapat menyampaikan informasi, mendorong/ memotivasi, mempersuasi, mempengaruhi, dan merubah sikap khalayak/ publik. Demikian pula dalam tugas humas untuk membina hubungan baik, saling pengertian, saling membutuhkan, dan saling mendukung adanya organisasi di satu pihak dengan keberadaan masyarakat di lain pihak.[12] Umpamanya, suatu organisasi massa (ormas) akan membentuk cabang di Kabupaten Barru. Pengurus ormas tersebut belum pernah berkomunikasi secara intensif dan menyeluruh dengan masyarakat tentang pembentukan cabang ormas tersebut. Saat akan dideklarasikan, tiba-tiba sekelompok masyarakat melakukan demonstrasi terhadap pembentukan cabang ormas tersebut. Mereka khawatir bahwa ormas tersebut akan memprovokasi masyarakat untuk berbuat anarkis dan semacamnya. Sebagai seorang humas pada ormas tersebut, sebaiknya melakukan pendekatan secara persuasif kepada masyarakat sekitar sebelum ormas tersebut dideklarasikan. Informasi yang jelas, akurat, dan dapat dipercaya akan memperkecil, bahkan menghilangkan konflik antara ormas dengan masyarakat sekitar. Kemampuan berkomunikasi secara persuasif sangat dibutuhkan pada kondisi seperti ini.
Dari pendeskripsian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kunci sukses suatu komunikasi dalam kehumasan, sangat tergantung pada proses pelaksanaan komunikasi yang efektif.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.       Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) melalui media tertentu dengan mengharapkan umpan balik untuk menghasilkan efek.
2.       Kehumasan (humas) adalah suatu kontak atau hubungan yang diadakan oleh suatu organisasi atau perusahaan dengan publik, baik publik internal maupun eksternal. Kehumasan merupakan suatu proses komunikasi dengan ciri khas komunikasi dua arah (timbal-balik).
3.      Hubungan komunikasi dengan kehumasan sama halnya ketika berbicara masalah hubungan komunikasi dengan dakwah. Dakwah merupakan suatu proses komunikasi, namun tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah. Demikian pula dengan kehumasan (humas). Humas merupakan suatu proses komunikasi, namun belum tentu proses komunikasi merupakan suatu proses kehumasan.


DAFTAR PUSTAKA
Buku Acuan
Atiya, Oemi Atiyah, 2007. "Profesionalisme Kehumasan", Komunika, Vol. 10, No. 1.
Black, Sam., dan L. Sharpe, Melvin. 1988. Practical Public Relations Common-Sense Guidelines for Business and Professional People. Diterjemahkan oleh Ardaneshwari dengan judul: Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis. PT Intermasa, Jakarta.
M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Rajawali Pers, Jakarta. 
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Media Pressindo, Yogyakarta.
Tike, Arifuddin. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi. Kota Kembang, Yogyakarta.

Internet
http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif/makalah-komunikasi-dalam-pendidikan
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/07/ruang-lingkup-humas.html


[1] Sam Black dan Melvin L. Sharpe, Practical Public Relations Common-Sense Guidelines for Business and Professional People, diterjemahkan oleh Ardaneshwari dengan judul: Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis, (Jakarta: PT Intermasa, 1988), h. 3.
[2] Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 10
[3] Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), h. 5-6.
[4] http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif/makalah-komunikasi-dalam-pendidikan
[5] Arifuddin Tike, Dasar-Dasar Komunikasi, (Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), h. 2.
[6] Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 15.
[7] Sam Black dan Melvin L. Sharpe, op.cit., h. 4.
[8] Oemi Atiyah, "Profesionalisme Kehumasan", Komunika, Vol. 10, No. 1, 2007, h. 29.
[9] Ibid., h. 37.
[10] Arifuddin Tike, op,cit., h. 107.
[11] Ibid.
[12] http://teorikuliah.blogspot.com/2009/07/ruang-lingkup-humas.html

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kenapa tidak bisa di copy

Muh.sofyan mengatakan...

NICE

Posting Komentar