Berita 'FDK Gelar Olimpiade Dakwah' di website UIN Alauddin Makassar laris dikomentari oleh beberapa mahasiswa KPI. Bukan karena mereka senang, melainkan mereka kecewa atas pemberitaan ini, yang dari judulnya terkesan menampilkan bahwa OLDAK diadakan oleh FDK.
"OLDAK kami laksanakan dari thun 2012 oleh HMJ KPI dan masuk dlm proker HMJ KPI, bukan Proker FDK. Tahun ini jumlah psrta kami bkan 184 pserta melainkn 342 pserta dan dari 28 sekolah. Kami hanya menggelar 7 lomba, lomba pidato 3 bhsa yg dilksanakan oleh fkultas cuma nebeng di OLDAK Kami. Tpi knpa lngsung diktkan FDK yg menggelar OLDAK??", demikian salah satu komentar dari ketua panitia OLDAK 3, AnThoz Nagg Shetherhap.
Apakah dapat dikatakan mahasiswa KPI bersikap arogan?? Oh, no...no...!! Olimpiade Dakwah atau OLDAK yang sejatinya sudah merupakan 'branding' HMJ KPI tentu tidak akan begitu saja dilepaskan oleh mahasiswa KPI. Jauh sebelumnya, OLDAK juga sempat dibahas oleh pimpinan FDK untuk dijadikan kegiatan fakultas. Tapi sekali lagi, mahasiswa KPI tidak akan membiarkan itu. Karena itu sama saja mengurangi daya magnet jurusan KPI.
Pemberitaan yang cenderung mengklaim OLDAK sebagai kegiatan FDK ini sebetulnya hanya salah satu penyebab kekecewaan beberapa mahasiswa KPI, khususnya pengurus HMJ dan panitia OLDAK yang selama pelaksanaan OLDAK kali ini kesannya terlalu diintervensi oleh birokrat FDK.
Dimulai ketika Lomba Pidato 3 Bahasa (LP3B) antar SMA/Sederajat oleh FDK yang sedianya diadakan sekitar 18 November kemarin, namun diundur lalu digabungkan ke OLDAK (meski dengan kepanitian yang tetap beda). Secara kasat mata, kita dapat berasumsi bahwa ini akan memperkuat OLDAK, utamanya masalah pembiayaannya. Tapi nyatanya tidak demikian, panitia malah merasa semakin kewalahan, terlebih lagi persoalan juknis dan publikasi kegiatan diserahkan begitu saja kepada panitia OLDAK, padahal LP3B juga memiliki kepanitiaan dan telah diSK-kan oleh dekan.
Tidak hanya sampai di situ, setelah OLDAK dibuka pada hari Rabu (26/11) kemarin, panitia dibuat bingung karena panitia LP3B menyampaikan bahwa akan diadakan acara pembukaan khusus untuk LP3B pada hari Jum’at (28/11). Jelas, bukan hanya panitia yang bingung, tapi yang lebih dibuat bingung adalah peserta dan pendamping OLDAK.
“Barusanku dapat kegiatan yang pembukaannya sampai 2 kali”, ungkap salah seorang pendamping peserta kepada panitia.
Lalu pada penutupan OLDAK 3 hari Ahad (30/11) kemarin, panitia OLDAK kembali dibuat bingung ketika penutupan dirangkaikan dengan 3 kegiatan sekaligus. OLDAK itu sendiri, festival jurusan IKOM dan Porseni FDK. Jelas ini kembali menimbulkan banyak tanda tanya, terlebih karena tidak ada komunikasi tentang hal tersebut sebelumnya antar kepanitian 3 kegiatan yang berbeda ini. Pertanyaannya bukan hanya kenapa ketiganya harus dirangkaikan? Tapi, pertama, kenapa penutupan festival IKOM sekaligus penyerahan hadiahnya mesti dilakukan pada hari Ahad yang notabene mahasiswa sedang tidak kuliah Kedua, kalau toh ingin bersamaan harinya, kenapa tempatnya juga harus disamakan? Yang jadinya membuat kurang efektif penutupan OLDAK. Perlu diketahui juga bahwa seluruh perlengkapan penutupan, termasuk sound system, ruangan, dll itu disiapkan sendiri oleh KPI. Ketiga, penutupan Porseni FDK lagi-lagi membingungkan karena penutupannya sampai harus dua kali. Setelah ditutup oleh Wadek 1 bersamaan dengan penutupan OLDAK kemarin, hari Selasa (2/12) ini kembali akan diadakan acara penutupan sekaligus penyerahan hadiah.
Kembali ke OLDAK, sebagai salah seorang pencetus ide kegiatan ini, saya sarankan kepada pengurus HMJ tahun depan agar bisa melaksanakan OLDAK dengan lebih mandiri. Mandiri tanpa harus terlalu diintervensi oleh birokrat fakultas, dan mandiri dengan berusaha mengajak lebih banyak sponsorship. Sehingga kita bisa lebih leluasa berinovasi dan berkreasi melalui kegiatan akbar tahunan HMJ KPI ini.
(Sumber : www.uin-alauddin.ac.id)
(Sumber : www.uin-alauddin.ac.id)
Apakah dapat dikatakan mahasiswa KPI bersikap arogan?? Oh, no...no...!! Olimpiade Dakwah atau OLDAK yang sejatinya sudah merupakan 'branding' HMJ KPI tentu tidak akan begitu saja dilepaskan oleh mahasiswa KPI. Jauh sebelumnya, OLDAK juga sempat dibahas oleh pimpinan FDK untuk dijadikan kegiatan fakultas. Tapi sekali lagi, mahasiswa KPI tidak akan membiarkan itu. Karena itu sama saja mengurangi daya magnet jurusan KPI.
Pemberitaan yang cenderung mengklaim OLDAK sebagai kegiatan FDK ini sebetulnya hanya salah satu penyebab kekecewaan beberapa mahasiswa KPI, khususnya pengurus HMJ dan panitia OLDAK yang selama pelaksanaan OLDAK kali ini kesannya terlalu diintervensi oleh birokrat FDK.
Dimulai ketika Lomba Pidato 3 Bahasa (LP3B) antar SMA/Sederajat oleh FDK yang sedianya diadakan sekitar 18 November kemarin, namun diundur lalu digabungkan ke OLDAK (meski dengan kepanitian yang tetap beda). Secara kasat mata, kita dapat berasumsi bahwa ini akan memperkuat OLDAK, utamanya masalah pembiayaannya. Tapi nyatanya tidak demikian, panitia malah merasa semakin kewalahan, terlebih lagi persoalan juknis dan publikasi kegiatan diserahkan begitu saja kepada panitia OLDAK, padahal LP3B juga memiliki kepanitiaan dan telah diSK-kan oleh dekan.
Tidak hanya sampai di situ, setelah OLDAK dibuka pada hari Rabu (26/11) kemarin, panitia dibuat bingung karena panitia LP3B menyampaikan bahwa akan diadakan acara pembukaan khusus untuk LP3B pada hari Jum’at (28/11). Jelas, bukan hanya panitia yang bingung, tapi yang lebih dibuat bingung adalah peserta dan pendamping OLDAK.
“Barusanku dapat kegiatan yang pembukaannya sampai 2 kali”, ungkap salah seorang pendamping peserta kepada panitia.
Lalu pada penutupan OLDAK 3 hari Ahad (30/11) kemarin, panitia OLDAK kembali dibuat bingung ketika penutupan dirangkaikan dengan 3 kegiatan sekaligus. OLDAK itu sendiri, festival jurusan IKOM dan Porseni FDK. Jelas ini kembali menimbulkan banyak tanda tanya, terlebih karena tidak ada komunikasi tentang hal tersebut sebelumnya antar kepanitian 3 kegiatan yang berbeda ini. Pertanyaannya bukan hanya kenapa ketiganya harus dirangkaikan? Tapi, pertama, kenapa penutupan festival IKOM sekaligus penyerahan hadiahnya mesti dilakukan pada hari Ahad yang notabene mahasiswa sedang tidak kuliah Kedua, kalau toh ingin bersamaan harinya, kenapa tempatnya juga harus disamakan? Yang jadinya membuat kurang efektif penutupan OLDAK. Perlu diketahui juga bahwa seluruh perlengkapan penutupan, termasuk sound system, ruangan, dll itu disiapkan sendiri oleh KPI. Ketiga, penutupan Porseni FDK lagi-lagi membingungkan karena penutupannya sampai harus dua kali. Setelah ditutup oleh Wadek 1 bersamaan dengan penutupan OLDAK kemarin, hari Selasa (2/12) ini kembali akan diadakan acara penutupan sekaligus penyerahan hadiah.
Kembali ke OLDAK, sebagai salah seorang pencetus ide kegiatan ini, saya sarankan kepada pengurus HMJ tahun depan agar bisa melaksanakan OLDAK dengan lebih mandiri. Mandiri tanpa harus terlalu diintervensi oleh birokrat fakultas, dan mandiri dengan berusaha mengajak lebih banyak sponsorship. Sehingga kita bisa lebih leluasa berinovasi dan berkreasi melalui kegiatan akbar tahunan HMJ KPI ini.
0 komentar:
Posting Komentar